Cara Melindungi Anak dari Internet

Cara Melindungi Anak dari Konten Negatif
Cara Melindungi Anak dari Konten Negatif

Bagi setiap Muslim, Melindungi anak merupakan sebuah kewajiban yang tidak boleh disepelekan. Dimana pada diri seorang anak terdapat investasi pahala yang melimpah bagi kedua orang tuanya. Hal inilah yang seharusnya menjadikan pada diri setiap orang tua lebih memprioritakan dalam pendidikan seorang anak lebih utama dari pada urusan yang lain.

Tanggung jawab dalam pendidikan anak seharusnya ditangani langsung oleh kedua orang tuanya. dimana untuk para pendidik yang berada di sekolah–sekolah hanyalah partner bagi orang tua dalam proses pendidikan anak. Adanya sedikit kesalahan dalam hal pendidikan anak, seperti melalaikan dalam hal-hal yang berguna baginya (bagi anak), akan menimbulkan dampak yang sangat fatal dalam tumbuh kembang anak.

Proses pendidikan umumnya dikenal pada jenis pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. sebagian besar yang mempengaruhi tumbuh kembang anak merupakan pendidikan informal, hal ini karena dalam proses pendidikan anak secara informal dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan sekitar. dan hal ini jelas, karena sebagian besar waktu yang dihabiskan pada diri seorang anak lebih kepada keluarga dan lingkungan ia tinggal.

Table of Contents

Anak-Anak Mengikuti Perbuatan yang Dilakukan Orangtua

Sebuah proses yang lebih banyak diilupakan dan disepelekan, yakni kesadaran bahwa anak-anak mengikuti perbuatan yang dilakukan orangtua dan tentu orang-orang disekitar ia tinggal. Sejatinya orang tua atau lingkungan merupakan wujud dari bentuk kebaikan dan keshalihan akan menciptakan kebaikan dan keshalihan pada diri anak tersebut. dan sebaliknya, keburukan yang dilakukan dari orang tua dan orang-orang sekitar akan menjadi pendidikan yang buruk membekas pada prilaku sang anak.

Kebiasaan dari orang tua dan lingkungan sekitar menjadi jembatan untuk tumbuh kembang anak, sejatinya orang tua yang terbiasa dengan prilaku baik seperti berzikir dan bertahlil, bertahmid, dan bertasbih, maka dia pun akan mudah untuk mengucapkan: Laa ilaaha illalloh, Subhanallah, dan Allahu akbar. sebaliknya jika seorang anak melihat perangai buruk pada orang tua dan lingkungan ia tinggal, seperti berbohong, berkata kotor, menonton film, musik, video vulgar yang di populerkan sosmed saat ini, maka anaknya pun akan belajar yang demikian itu darinya.

Orang Tua Shalih, Anak pun Shalih

Sebuah fakta jika anak mengikuti perbuatan yang dilakukan orangtua, bila seorang ayah terbiasa beribadah melakukan amal shalih, seorang anakpun akan menirunya. Sebaliknya, jika orang tua terbiasa dengan keburukan maka seorang anakpun akan menirunya.

Sebagian kita terluput dalam masalah ini, apalagi ketika seorang anak dalam usia dini. Gaya spontanitas dalam hal menjaga aurat saja telah banyak dilupakan oleh orang tua, tidak memperhatikan cara berpakaian atau bahkan bertindak vulgar didepan buah hati karna beralasan anak masih kecil.

BACA JUGA : Manfaat Meningkatkan Skill Baru dengan Belajar Mandiri atau Self Education

Cara Melindungi Anak dari Usia Dini

Melindungi anak pada usia dini merupakan juga sebagai bentuk pendidikan informal yang harus dilakukan oleh setiap orang tua, hal ini merupakan langkah awal untuk menjaga anak dalam aspek yang lebih luas seperti saat ini. Seperti melindungi anak dari konten negatif, melindungi anak dari kekerasan seksual, melindungi anak dari pergaulan bebas, melindungi anak dari virus perundungan (bullying), dan dampak lain yang ditimbulkan sosmed saat ini.

1. Cara Melindungi Anak dari Konten Negatif

Cara Melindungi Anak dari Konten Negatif

Konten negatif atau sebuah konten yang digencarkan oleh banyak media sosial dan perempuan menjadi objek konten, merupakan cara menarik minat yang akan berdampak buruk pada diri seorang anak.

Selain itu prinsip transparansi yang menjadi acuan dalam segala hal terkait informasi saat ini, menjadikan setiap konten kreator dimana perempuan menjadi objek konten menimbulkan banyak dampak negatif. Bukan hanya sekedar anak, dampak kegemaran yang ditimbulkan melalui media sosial secara viral juga menjembatani prilaku orang tua yang tidak disadari.

2. Cara Melindungi Anak dari Youtube

Mengapa youtube, karena di Indonesia youtube masih menjadi raja media sosial. Apalagi fitur baru youtube shorts, Sejak diluncurkan telah mengakumulasikan lebih dari 5 triliun penayangan (wikipedia).

Platform berbagi video berdurasi pendek yang ditawarkan oleh youtube ini menampung konten pengguna seperti layanan utama, tetapi membatasi potongan video hanya hingga 60 detik. Terdapat lima jenis konten yang paling banyak dicari, diantaranya mencari konten terkait hiburan, musik, film, berita dan kuliner.

Platform ini pada umumnya digunakan untuk mengisi waktu luang, mencari informasi terbaru, hingga berbelanja. Video yang berasal dari banyaknya para konten kreator ini memiliki berbagai konten yang bebas diakses oleh siapa saja termasuk anak-anak.

Bersumber dari modus konten kreator sebagai sumber penghasilan, youtube saat ini memiliki banyak konten yang dimana perempuan menjadi objeknya, sebagai alasan untuk menarik minat. Seperti menampilkan bagian2 dari organ intim yang tak seharusnya dipertontonkan.

Cara Memblokir Konten Dewasa dengan Mengaktifkan Mode Terbatas di YouTube :

Mode terbatas atau restricted mode merupakan fitur yang akan membantu memfilter konten dewasa, Namun mengaktifkan restricted mode tidak sama dengan mengaktifkan pembatasan usia di video.

  1. Buka YouTube
  2. Klik foto account di pojok kanan atas
  3. Klik setting atau setelan
  4. Klik umum atau general
  5. Klik restricted mode atau mode terbatas

3. Cara Melindungi Anak dari Kekerasan Seksual

Dalam hal ini pendidikan yang dapat diterapkan pada seorang anak bukanlah memberi edukasi seks, bukankah kita tahu bahwa seorang anak memiliki sikap curiosity (rasa ingin tahu) yang tinggi. Seandainya bila kita mengajarkan tentang seks dalam tanda kutip bagian-bagian dan fungsinya, bukankah seorang anak malah semakin tertarik.

Melindungi Anak dari Kekerasan Seksual dengan Kebiasaan Kecil

Kebiasaan yang harus dilatih seorang anak dari usia dini
  1. Mengajarkan untuk menutup aurat, menjelaskan batasan-batasan yang boleh dilihat atau tidak boleh dilihat orang lain.
  2. Membiasakan buang air di tempatnya (WC/kamar mandi)
  3. Membiasakan untuk gemar belajar membaca Al-Quran
  4. Membiasakan untuk gemar menghafal Al-Quran
  5. Membatasi atau melarang melihat video dari media sosial, terlebih media sosial yang memiliki unsur negatif yang banyak beredar, atau juga menjaga dari melihat video cartoon yang juga telah dibumbui niai negatif didalamnya.
  6. Memilihkan teman yang baik, bukan berteman dengan anak dengan gaya hidup kekinian (berbicara kotor, aktif bermain game, Anak diluar seusianya)

BACA JUGA : Tips Memilih Warna Pakaian untuk Anak Perempuan

Kebiasaan Orang tua yang harus dihindari

Tahukah jika kebiasaan orang tua yang buruk juga akan membantu tumbuh kembang anak, tak hanya itu, orang-orang dewasa yang ada dilingkungan ia tinggal juga turut berperan dalam masalah ini.

Sebagian dari orang tua, baik ibu atau ayah yang memiliki seorang anak dengan sikap curiosity yang besar, terkadang tidak memperhatikan masalah-masalah kecil. seperti ketika tidak memperhatikan bagaimana seorang ibu berpakaian, ketika mengganti pakaian, atau yang lebih parah mengajak seorang anak mandi bersama.

Tahukah anda saat anak berusia 5 tahun anak tidak boleh mandi bersama orang tuanya. karena di usia 5 tahun, anak sudah harus mandiri dalam buang air kecil dan air besar. Menurut seorang psikolog anak, saat usia 5 tahun organ reproduksi pada anak mulai berkembang, sehingga respons seksual mulai dapat dirasakan.

Selain dampak respons seksual, kebiasaan orang tua yang tidak memperhatikan aurat juga akan berdampak pada psikologis anak. Dimana anak laki-laki maupun anak perempuan yang terbiasa melihat aurat orang tua atau seorang anak yang terbiasa auratnya dilihat oleh seorang ibu/ayah dalam usia 5 tahun keatas, akan membuat sang anak tidak memiliki rasa malu dengan auratnya. Apalagi bila berlanjut dan didukung dengan kebiasaan orang tua yang tidak peduli dalam hal mengenakan pakaian, bisa saja muncul penyimpangan orientasi seksual, semisal Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender.

Kesimpulan

Bagi seorang muslim, seorang anak merupakan investasi pahala yang melimpah. dimana tumbuh kembangnya akan memberikan kebaikan atau keburukan sesuai dengan apa yang telah orang tua didikkan pada diri seorang anak.

Sebagai seorang muslim, kita pasti tahu dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
“Apabila seorang telah meninggal dunia, maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim: 1631).

Selain pendidikan yang dimaksudkan pada diri seorang anak, bagi sebagian orang tua juga harus mengerti dalam hal mendidik. Karena sebagian besar pendidikan seorang anak berlaku dalam jumlah yang banyak terdapat pada orang tua dan orang-orang tempat ia tinggal. Kita juga harus tahu bahwa kekerasan seksual, pergaulan bebas, bahkan virus perundungan (bullying), semuanya berdampak dari rutinitas sosial media dengan konten negatif dimana perempuan menjadi objek konten.

Masalah yang tak kalah penting adalah mengajarkan cara berpakaian wanita muslimah menurut syariat islam terkusus untuk anak perempuan, Mengajarkan kebiasaan kecil agar dapat menjadi rutinitas anak dikala dewasa, atau menjauhkan perangai buruk dari orang-orang sekitar termasuk orang tuanya. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *